Biografi Moshe Kai Cavalin
Moshe Kai Cavalin membuat semua orang
terkagum-kagum. Bocah berusia 11 tahun itu lulus kuliah dari East Los Angeles
College, Jumat (5/6) dengan IPK sempurna 4,0.
Moshe Kai
Cavalin dilahirkan dari Ayah keturunan Brazil dan Ibu keturunan Cina pada
tanggal 14 Februari 1998 dengan nama Cina Kai Hsiao Hu yang artinya macan yang
patuh atau penurut. Moshe Kai Cavalin mulai belajar pada usia dua tahun dan
sama sekali tidak membuang-buang waktu jadi menyebutnya jenius adalah tidak
adil karena dia memang berusaha dari awal. Ibu Moshe, Sandy Chien, mengatakan
putranya menunjukkan bakat luar biasa di usia dua tahun. Dia belajar sangat
cepat dan suka menonton TV dan membaca buku anak-anak.
Moshe Kai sudah berlatih matematika sederhana pada usia empat tahun, ketika orangtuanya memasukkannya pada program belajar intensif termasuk matematika, musik, seni bela diri dan membaca. Chien, Ibu Moshe yang lulusan master administrasi bisnis kemudian memutuskan keluar dari pekerjaan untuk mengajar anaknya sendiri.
Moshe Kai sudah berlatih matematika sederhana pada usia empat tahun, ketika orangtuanya memasukkannya pada program belajar intensif termasuk matematika, musik, seni bela diri dan membaca. Chien, Ibu Moshe yang lulusan master administrasi bisnis kemudian memutuskan keluar dari pekerjaan untuk mengajar anaknya sendiri.
Moshe Kai Cavalin tidak pernah mengenyam pendidikan
formal SD sampai dengan SMA karena beberapa kali ditolak mengingat kemampuannya
yang sudah diatas rata-rata. Ayahnya pernah berkali - kali memasukkannya ke
Sekolah Formal dan berkali - kali pula ditolak. Pada saat sang ayah memasukkan
ke SD misalnya, sekolah mengharuskan Moshe untuk masuk ke kelas 1 atau dari
awal akan tetapi kemampuan Moshe sudah setara dengan anak kelas 5 dan sang ayah
menginginkan Moshe masuk kelas 5 agar tidak terjadi kemunduran penerimaan
pengetahuan, tapi sekolah menolak. Begitupun sekolah - sekolah lainnya ada yang
berasalan Moshe dapat menganggu konsentrasi siswa lainnya karena akan menjadi
pusat perhatian dan juga membuat siswa yang usianya diatasnya menjadi minder. Aalhasil, Homeschooling akhirnya menjadi pilihan yang kemudian mengantarkannya
menjadi orang hebat.
Pada usia tujuh tahun, Moshe menyelesaikan SMP dan
SMA di rumah. Chien selanjutnya mendaftarkan Moshe ke East Los Angeles
Community College, tetapi ditolak karena dia dianggap terlalu kecil. Dengan
pengurangan untuk melihat televisi dan bermain videogame,perkembangannya mulai
pesat, dia mulai memenangkan kontes internasional seni bela diri, belajar untuk
menyelam. Pada usia delapan tahun, Moshe mendaftar lagi dan diterima setelah
lulus ujian masuk. Awalnya dia hanya boleh mengikuti dua kelas yakni matematika
dan fisika. Namun, setelah Moshe selalu mendapatkan nilai A plus, ia
diperbolehkan mengikuti kelas lain. Ketika Moshe mulai kuliah di usia 8 tahun,
dia adalah siswa termuda di kelasnya. Namun, dia mampu memberikan les privat
kepada teman-teman sekelasnya yang berusia 19 hingga 20 tahun dalam mata
pelajaran matematika dan fisika. Moshe menyelesaikan kuliahnya di bidang
matematika di East Los Angeles Community College di usia 11 tahun. Indeks
Prestasi (IP)-nya pun sempurna dengan IPK 4,0.
Kendati demikian Moshe enggan disebut jenius. “Saya
menganggap diriku anak biasa yang belajar keras dan melakukan yang terbaik,”
kata putra seorang ibu Taiwan dan ayah Israel tersebut kepada MSNBC, Sabtu
(6/6).
Keberhasilannya hingga saat ini sangat besar
ditopang oleh peran dari orang tuanya yang hebat yang begitu mencintai dan
menyayangi anaknya. Orang Tua Moshe paham betul akan hal tersebut, hingga
mereka totalitas dalam mendidik anak. Apalagi ketika homeschooling mereka pilih
untuk masa depan anak tercintanya. Hal tersebut mengharuskan Ibunda Moshe yang
notabene lulusan MBA harus rela berhenti bekerja dan menjadi guru sekaligus
teman bagi putranya.
Moshe itu juga mahir seni beladiri. Ia memenangkan sejumlah kejuaraan
seni berperang. Tokoh idolanya adalah Albert Einstein dan Bruce Lee.
Selanjutnya ia ingin belajar menyelam, menulis buku tentang anak-anak dan kiat
sukses di sekolah. Moshe mengaku tidak tertarik dengan video game karena
permainan itu dianggap tidak memberi keuntungan bagi umat manusia
"Saya
mencoba mensekolahkan anak saya ke sekolah dasar, tetapi dia belajar terlalu
cepat dan dia sering tidak
menemukan
apa-apa untuk dikerjakan di kelas. Saya kemudian memutuskan mengajarinya di
rumah" kata Ibu Moshe, Chien. Moshe Kai Cavalin menolak jika disebut
jenius, Menurut Moshe, ‘Jenius’ hanyalah sebuah kata, seperti IQ, itu istilah
yang dibuat oleh orang yang hanya mengklasifikasikan satu hal, dan mereka
mengabaikan segala sesuatu yang lain yang membentuk seorang individu.
“Saya tidak suka disebut jenius dan saya tidak ingin disebut seperti itu … Yang saya lakukan adalah mencoba untuk mendapatkan kebijaksanaan melalui pengetahuan dan saya pikir melatih kebijaksanaan jauh lebih baik daripada menjadi jenius,” Kata Moshe.
“Saya tidak suka disebut jenius dan saya tidak ingin disebut seperti itu … Yang saya lakukan adalah mencoba untuk mendapatkan kebijaksanaan melalui pengetahuan dan saya pikir melatih kebijaksanaan jauh lebih baik daripada menjadi jenius,” Kata Moshe.
Sumber : Berbagai Sumber
0 komentar:
Posting Komentar